Proyek pembangunan rumah dan apartemen mengapung (floating) di Belanda kini semakin menjadi trend. Hal ini juga merupakan salah satu bentuk adaptasi masyarakat Belanda terhadap lingkungannya. Semua bangunan dan gedung dirancang agar dapat naik dan turun menyesuaikan dengan ketinggian air. Kita bisa melihat beberapa contoh proyek yang sudah dan akan dilaksanakan oleh salah satu perusahaan arsitektur terkenal Belanda, Waterstudio, yang berbasis di Rijswijk yang mendesain struktur bangunan mengapung di berbagai negara di dunia. Waterstudio merupakan perusahaan pionir dalam bidang arsitektur dan desain, perencanaan kota dan ekonomi, serta inovasi dan konsep. Perusahaan besar lainnya di Belanda yang bergerak dalam manajemen air antara lain Deltares, Fugro, dan ARCADIS.
A. Arsitektur dan Desain
Waterstudio merancang semua bangunan agar bisa naik dan turun sesuai dengan ketinggian air. Proyek yang sudah terealisasi sejak pertengahan tahun 2008 lalu diantaranya adalah beberapa Watervillas sedangkan apartemen akan mulai direalisasikan pada akhir tahun 2010. Berikut contoh Watervillas dan apartemen yang dirancang oleh Waterstudio.
- Watervillas
- Apartemen
B. Perencanaan Kota dan Ekonomi
Pembangunan bangunan dan gedung tentunya tidak dapat dipisahkan dari perencanaan wilayah sekitarnya, perekonomian wilayah, ruang publik, dan aspek sosial. Perencanaan kota dan ekonomi menggabungkan antara analisis perencanaan wilayah yang kemungkinan pelaksanaannya (feasibility) dinilai berdasarkan perhitungan ekonomi, analisis pasar, aspek fisik dan lingkungan, sosial, kelembagaan dan pembiayaan, kependudukan, serta kedudukannya di antara wilayah sekitarnya (aspek eksternal). Berikut beberapa proyek perencanaan kota dan ekonomi yang ditangani oleh Waterstudio.
- New Water, Naaldwijk New Water adalah proyek manajemen air untuk memelihara tinggi permukaan air pada lahan seluas 70 hektare yang akan menjadi standar bagi pengembangan manajemen air di Belanda dan direncanakan akan dapat menampung sekitar 1200 rumah, sarana rekreasi, dan zona ekologis. Proyek pembangunan pertama adalah kompleks apartemen The Citadel (lihat gambar di atas). Konstruksi telah dimulai sejak tahun 2009.
- Apartmentcomplex, Woubrugge, the Netherlands Kompleks apartemen Rumah Perahu (Boathouse) ini sudah mulai dibangun sejak tahun 2007. Kompleks terdiri dari dua grup yang masing-masing terdiri dari tiga bangunan dan masing-masing bangunan terdiri dari dua hingga empat apartemen.
- Urban design for 'Torenpad Parklaan', Boskoop, The Netherlands Proyek ini merupakan pembangunan kembali secara besar-besaran —dengan tetap mempertahankan struktur polder yang sudah ada dengan menggunakan konsep perumahan yang inovatif — di sebelah utara pusat perdesaan wilayah Boskoop, Belanda, sehingga dapat menampung hingga 1500 rumah.
(detail visualisasi)
C. Inovasi dan Konsep
Teknologi yang digunakan Belanda untuk menahan air ke permukaan sudah tidak memadai lagi atau kurang tepat untuk kondisi alam pada masa kini terkait pemanasan global. Oleh karena itu inovasi pembangunan di Belanda akan difokuskan pada bangunan yang dapat beradaptasi dengan air. Waterstudio menggunakan empat konsep dalam merancang bangunan yang dapat beradaptasi dengan air yaitu:
- lifted: rumah bertingkat/ruangan yang bertumpuk
- waterproof: konsep tahan air
- sealed: terisolasi/kedap air
- floating: rumah yang mengapung di atas air
Berikut beberapa proyek terkait pengembangan inovasi dan konsep dari Waterstudio.
- Study Living on Water
Rumah tempat tinggal ini setengahnya berada dalam air dan setengahnya lagi berada di permukaan air dan dapat bertahan/aman hingga fluktuasi kenaikan air setinggi 20 centimeter. Bangunan ini dilapisi dengan kayu dan dapat mengakses pemandangan luar melalui kaca besar di beberapa sisinya.
- Floating Cruiseterminal
Terminal kapal pesiar ini dapat menampung hingga tiga kapal pesiar terbesar di dunia yang datang secara bersamaan. Bagian terminal yang terangkat merupakan pintu masuk menuju bagian dalam pelabuhan bagi kapal-kapal yang lebih kecil dan taksi air yang menuju daratan. Bagian dalam terminal memiliki luas 165.000 meter persegi yang dapat digunakan untuk pusat perdagangan, konferensi, bioskop, hotel, dan lain-lain.
Sebenarnya wilayah Belanda tidak hanya rentan terhadap banjir, tetapi juga rentan terhadap kekurangan air tanah, intrusi air laut, dan polusi. Namun, Belanda sudah memiliki strategi untuk dapat beradaptasi dengan kondisi tersebut, yaitu melalui teknologi delta dan teknologi airnya.
Teknologi Delta (Delta Technology)
Teknologi yang didukung oleh pemerintah dan perusahaan swasta ini bertujuan untuk memastikan keamanan warga Belanda untuk tetap dapat tinggal di wilayah yang berada di bawah permukaan laut tersebut di masa yang akan datang. Selain itu, teknologi ini juga dipersiapkan untuk meningkatkan posisi sektor air Belanda di pasar internasional. Pada dasarnya teknologi ini berfokus pada keamanan terhadap air dengan peningkatan teknik manajemen resiko. Adapun tiga acuan yang diterapkan dalam teknologi delta ini adalah:
Teknologi yang didukung oleh pemerintah dan perusahaan swasta ini bertujuan untuk memastikan keamanan warga Belanda untuk tetap dapat tinggal di wilayah yang berada di bawah permukaan laut tersebut di masa yang akan datang. Selain itu, teknologi ini juga dipersiapkan untuk meningkatkan posisi sektor air Belanda di pasar internasional. Pada dasarnya teknologi ini berfokus pada keamanan terhadap air dengan peningkatan teknik manajemen resiko. Adapun tiga acuan yang diterapkan dalam teknologi delta ini adalah:
- Trends in Innovation: perlindungan terhadap banjir yang cerdas dan berkelanjutan.
- Living in a Delta: pengembangan wilayah yang menghadap ke air.
- Challenging Delta Dilemmas Worldwide: mengurangi resiko dan menghindari bencana.
Teknologi Air (Water Technology)
Belanda mengalirkan air ke kran-kran rumah penduduk dengan kualitas yang baik dan layak minum dengan bahan baku air tanah (ground water, 60%) dan air permukaan (surface water, 40%) seperti air sungai Rhine dan Maas. Berdasarkan data Asosiasi Perusahaan Air di Belanda (Vewin), pada tahun 2007 produksi air minum di Belanda mencapai 1,138 juta meter kubik dengan total jaringan infrastruktur transportasi dan pasokan air minum di seluruh negeri mencapai 115,000 kilometer, jumlah ini cukup untuk memasok air minum berkualitas tinggi hingga ke pelosok-pelosok negeri. Air yang disediakan Pemerintah Belanda tersebut berkualitas sama (tidak berklorin, stabil secara biologis, dan aman untuk diminum langsung) untuk segala aktivitas. Hal ini disebabkan oleh biaya produksi yang digunakan untuk memisahkan air yang layak minum dan tidak layak minum lebih mahal dibandingkan dengan tidak memisahkannya.
Belanda mengalirkan air ke kran-kran rumah penduduk dengan kualitas yang baik dan layak minum dengan bahan baku air tanah (ground water, 60%) dan air permukaan (surface water, 40%) seperti air sungai Rhine dan Maas. Berdasarkan data Asosiasi Perusahaan Air di Belanda (Vewin), pada tahun 2007 produksi air minum di Belanda mencapai 1,138 juta meter kubik dengan total jaringan infrastruktur transportasi dan pasokan air minum di seluruh negeri mencapai 115,000 kilometer, jumlah ini cukup untuk memasok air minum berkualitas tinggi hingga ke pelosok-pelosok negeri. Air yang disediakan Pemerintah Belanda tersebut berkualitas sama (tidak berklorin, stabil secara biologis, dan aman untuk diminum langsung) untuk segala aktivitas. Hal ini disebabkan oleh biaya produksi yang digunakan untuk memisahkan air yang layak minum dan tidak layak minum lebih mahal dibandingkan dengan tidak memisahkannya.
Menyesuaikan Diri Terhadap Alam
Dari beberapa program dan teknologi tersebut kita dapat menyimpulkan bahwa Belanda memang benar-benar sudah mempersiapkan diri dalam menghadapi tantangan perubahan iklim yang terjadi saat ini dengan inovasi-inovasi manajemen air dan tanahnya. Proyek Zuiderzee dan tanggul-tanggul sungai pun sudah mulai ditinggalkan karena dianggap sudah tidak memadai lagi untuk menghadapi perubahan iklim dan cuaca yang semakin tidak pasti. Kini negara tersebut lebih berfokus pada inovasi untuk beradaptasi dengan alam dibandingkan dengan membatasi diri dari alam melalui benteng-benteng dan tanggul-tanggul untuk mencegah air laut dan sungai-sungai besarnya. Belajar untuk hidup dengan air merupakan strategi yang dipilih dengan pertimbangan manajemen resiko yang lebih tinggi. Room for the River dan desain bangunan serta gedung terapung terus dikembangkan dengan konsep yang semakin canggih. Inovasi yang terus menerus dikembangkan ini membuat Belanda menjadi negara dengan kemampuan manajemen air dan tanah yang terbaik di dunia sehingga Belanda hampir selalu terlibat dalam berbagai proyek besar terkait manajemen air dan tanah di berbagai negara, termasuk Indonesia.
Dari beberapa program dan teknologi tersebut kita dapat menyimpulkan bahwa Belanda memang benar-benar sudah mempersiapkan diri dalam menghadapi tantangan perubahan iklim yang terjadi saat ini dengan inovasi-inovasi manajemen air dan tanahnya. Proyek Zuiderzee dan tanggul-tanggul sungai pun sudah mulai ditinggalkan karena dianggap sudah tidak memadai lagi untuk menghadapi perubahan iklim dan cuaca yang semakin tidak pasti. Kini negara tersebut lebih berfokus pada inovasi untuk beradaptasi dengan alam dibandingkan dengan membatasi diri dari alam melalui benteng-benteng dan tanggul-tanggul untuk mencegah air laut dan sungai-sungai besarnya. Belajar untuk hidup dengan air merupakan strategi yang dipilih dengan pertimbangan manajemen resiko yang lebih tinggi. Room for the River dan desain bangunan serta gedung terapung terus dikembangkan dengan konsep yang semakin canggih. Inovasi yang terus menerus dikembangkan ini membuat Belanda menjadi negara dengan kemampuan manajemen air dan tanah yang terbaik di dunia sehingga Belanda hampir selalu terlibat dalam berbagai proyek besar terkait manajemen air dan tanah di berbagai negara, termasuk Indonesia.
Jakarta juga sebenarnya merupakan wilayah yang terletak pada delta yang terbentuk dari 13 sungai yang tergolong sungai berukuran sedang, yang selalu berusaha menghindari bencana banjir yang melanda setiap musim hujan tiba. Jika terjadi kenaikan permukaan air laut, Jakarta sangat rentan terhadap bencana banjir besar. Jakarta melibatkan salah satu perusahaan Belanda, Witteveen + Bos, dalam manajemen airnya, yang telah terlibat selama lebih dari 20 tahun. Metode pencegahan banjir dan tanah polder seperti di Belanda telah dicoba diterapkan di Jakarta. Misalnya pada proyek reklamasi perluasan besar-besaran di pantai utara pulau Jawa yang melibatkan 6000 hektare area untuk perluasan wilayah kota.
Selain itu, pembangunan berbasis waterfront development di Jakarta juga kini semakin gencar, baik itu perumahan landedmaupun apartemen yang konon konsep yang digunakan dalam pembangunannya juga meniru konsep teknologi tanah polder di Belanda. Namun, apakah konsep tersebut memang sesuai untuk diterapkan di Jakarta?
Wilayah utara Jakarta yang sekarang menjadi wilayah terbangun yang sangat padat dahulunya sebagian besar adalah rawa yang berfungsi sebagai wilayah resapan air. Banjir yang sekarang sering melanda Jakarta menjadi konsekuensi yang salah satunya diakibatkan oleh alih guna lahan rawa tersebut. Bahkan sekarang hutan bakau pun sudah dikorbankan. Jika kita melihat pada konsep inovasi Belanda saat ini yang cenderung menyesuaikan diri dengan alam daripada ‘merekayasa’ alam, mungkin pembangunan tersebut sebenarnya sudah tidak relevan lagi dengan kondisi saat ini. Belanda pun berencana untuk mereklamasi kembali rawa-rawanya dan mengembalikan kondisi alami fisik dan lingkungannya karena metode ini dinilai lebih tepat baik untuk saat ini maupun masa yang akan datang. Jika Belanda sudah mulai meninggalkan konsep lamanya (tanah polder dan tanggulnya), mengapa kita malah gencar membangun dengan meniru konsep lamanya? Alam sudah memiliki sistem keseimbangannya sendiri yang jika diubah kemungkinan besar akan menimbulkan bencana. Penutupan hutan, rawa, sungai, membelokkan atau pun meluruskan sungai, dan lain sebagainya mungkin bukanlah solusi yang tepat untuk membangun kawasan budi daya (kawasan permukiman, industri, hutan produksi, hutan rakyat, pertanian, perikanan, pertambangan, pariwisata, tempat beribadah, pendidikan, dan pertahanan keamanan), walaupun secara teori memungkinkan. Tetapi masih banyak teknologi lainnya yang ‘dapat beradaptasi dengan alam’ yang dapat diimplementasikan yang tentunya jauh lebih baik, misalnya konsep teknologi delta yang diterapkan Belanda.
Bukanlah pembangunan dengan teknologi tanah polder yang diperlukan Jakarta, tetapi ruang terbuka hijau yang dapat cukup menyerap air hujan dan mencegah banjir. Saat ini kabarnya Ruang Terbuka Hijau (RTH) di Jakarta hanya tinggal 9,7 persen dari 30 persen luas minimal RTH yang diwajibkan dalam UU Penataan Ruang No.26/2007. Wilayah Jakarta sudah terlalu banyak digunakan untuk jaringan jalan, permukiman, kawasan komersil, dan gedung-gedung pencakar langit yang tentunya membutuhkan banyak sumber air tanah, sementara hutan bakau hingga hutan kota pun terus dibangun. Fenomena ini menyebabkan kekeringan pada musim kemarau dan bencana banjir pada musim hujan. Kota Jakarta tidak bisa disamakan dengan kota-kota di Belanda yang memang pada dasarnya wilayahnya berada di bawah permukaan laut yang memerlukan teknologi tanah polder. Akan jauh lebih baik jika fungsi alami lingkungan dikembalikan seperti sedia kala, seperti rencana yang juga akan diterapkan di Belanda. Kuncinya adalah integrasi antara rencana kota dan keseimbangan ekologi. Penanganan banjir dengan cara yang lebih baik, misalnya dengan teknologi delta, juga perlu dipertimbangkan melalui manajemen air yang lebih komprehensif. Teknologi delta yang diterapkan Belanda bahkan telah diterapkan di berbagai negara di dunia seperti Amerika Serikat, Jerman, Inggris, dll. Teknologi ini memberikan gambaran akan manajemen banjir yang terintegrasi yang ramah lingkungan, pemandangan indah di sekitar sungai, dan juga pembatas (barrier) sebagai bentuk proteksi banjir dengan sistem teknologi tinggi dengan sensor khusus yang dapat menyediakan informasi penting terkait keamanan wilayah dari bencana banjir.
Hal ini bukan berarti waterfront development tidak dapat diterapkan di Jakarta, tetapi guna lahannya lah yang perlu dipertimbangkan, apakah sesuai peruntukannya berdasarkan rencana detail tata ruang kota yang telah ditetapkan karena guna lahan di dalam rencana tata ruang seharusnya sudah dibuat berdasarkan pertimbangan aspek fisik karakteristik lingkungan, ekonomi, sosial, dan eksternal wilayah. Jika tidak sesuai, pembangunan akan lebih baik jika dialihkan ke wilayah lainnya ataupun di luar Pulau Jawa dan hal ini bisa menjadi langkah awal yang baik dalam rangka pemerataan pembangunan antara Pulau Jawa dan luar Pulau Jawa.
Kita tidak dapat berkutat terus menerus dalam permasalahan penanganan banjir dan pembangunan yang tidak pada tempatnya sementara bencana yang lebih besar sudah mulai mengancam, yaitu kenaikan permukaan air laut akibat pemanasan global. Diperkirakan Indonesia akan kehilangan 2000 pulau pada tahun 2030 jika tidak ada langkah antisipasi serius terhadap pemanasan global yang sedang terjadi. Kita harus segera dapat menangani permasalahan banjir ini sambil mempersiapkan langkah antisipasi terhadap pemanasan global. Dengan sumber air tanah dan air permukaan yang melimpah tanpa ancaman intrusi air laut seharusnya kita dapat mengelola air dengan lebih baik. Tidak ada kata terlambat untuk belajar. Kita dapat segera belajar dari kehandalan Belanda dalam manajemen air dan tanahnya. Mereka bahkan sudah mempersiapkan berbagai program dan teknologi sejak bertahun-tahun lalu untuk mengantisipasi pemanasan global. Selain itu, Belanda juga sudah mendapat pengakuan dari berbagai negara sebagai negara dengan kemampuan manajemen air terbaik di dunia.
"The Netherlands is the worlds's leader in comprehensive flood protection, incorporating landuse planning, highly developed technologies and engineering practices, and extensive public education efforts" (Senator Mary Landrieu, Louisiana, United States Senate about coastal Louisiana that was decimated by a failure of flood protection as a result of Hurricanes Katrina and Rita in 2005 and her appreciation of the instructive relationship with the Netherlands (27 Agustus 2008))
Salah satu cara ‘berguru’ manajemen air dengan Belanda adalah dengan menuntut ilmu di negeri kincir angin tersebut. Arsitek dan planner Belanda sudah terkenal akan kualitas kemampuannya yang baik di seluruh dunia. Selain itu, banyak sekali kesempatan beasiswa untuk studi di Belanda. Untuk program studi arsitektur dan perencanaan kota misalnya, ada beberapa kesempatan beasiswa yang ditawarkan diantaranya:
- Berlage Institute Scholarship
- Erasmus Mundus programme
- Eric Bleumink Fund students
- European Masters Fellowship
- HSP Huygens Programme
- Japan/World Bank Graduate Scholarship Program
- Maastricht University High Potential Scholarship
- NFP Fellowships for Master's Degree Programmes
- Rotary Foundation
- StuNed Scholarship Programme
- UAF
- WebsterUniversity "Gateway"(Under)Graduate Studies
Tidak ada komentar:
Posting Komentar